Selasa, 07 Desember 2010

Musibah Merapi dan Aliran Kebatinan (Kejawen)

بسم الله الرحمن الرحيم
Musibah Merapi Menyingkap Aliran Kebatinan (Kejawen)
Sangat disayangkan, di tengah-tengah derita kaum Muslimin Yogyakarta akibat musibah Merapi, Paguyuban Kebatinan Tri Tunggal (PKTT) Yogyakarta semakin memperparah dengan “musibah” yang menghantam aqidah kaum muslimin. Yaitu dengan mengadakan suatu upacara kesyirikan dan kedurhakaan kepada Allah Ta’ala; menyembelih untuk selain Allah Ta’ala dan berbagai bentuk kesyirikan lainnya, demi menyenangkan setan-setan penghuni Merapi.
Ritual tolak bala ini tidak diragukan lagi adalah kesyirikan dan kekafiran kepada Allah Ta’ala, sebab menyembelih itu ibadah, dan ibadah tidak boleh dipersembahkan kecuali kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya:

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurbanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).’” (Al-An’aam: 162-163)
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ
“Dan Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain-Nya.” (HR. Muslim dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu)
Namun ada hal yang lebih mendasar untuk dipahami oleh kaum muslimin, yaitu akar dari upacara-upacara syirik seperti ini berasal dari ajaran sesat Aliran Kebatinan atau yang juga dikenal dengan istilah Kejawen. Ajaran ini adalah sisa-sisa paganisme sebelum cahaya Islam menyinari nusantara dan masih dilestarikan oleh sebagian orang di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Ajaran ini tidak ada hubungan sedikitpun dengan Islam, bahkan sangat bertentangan dengan Islam. Betapa tidak, ajaran Islam dibangun di atas tauhid dan sunnah, yaitu memurnikan ibadah hanya kepada Allah Ta’ala dan meneladani Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam. Sedangkan ajaran Kebatinan atau Kejawen dibangun di atas kesyirikan dan kedurhakaan kepada Allah Rabul’alamin.

Kekafiran Ajaran Kebatinan atau Kejawen
Pertama: Sinkretisme, mencampurkan antara Hindu, Budha dan Islam
Aliran Kebatinan atau Kejawen tidak menganggap salah ajaran Hindu dan Budha, bahkan mereka mencampurnya dengan Islam hingga menjadi suatu ajaran tersendiri. Adapun dalam Islam, barangsiapa yang membenarkan agama selain Islam, berarti dia telah kafir kepada Allah Ta’ala dan mendustakan Al-Qur’an. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإِسْلاَمُ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali ‘Imran: 19)

Juga firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali ‘Imran: 85)

Kedua: Mereka tidak meyakini Allah Ta’ala sebagai satu-satunya sesembahan yang benar
Padahal inilah inti dari kalimat syahadat [لاإله إلاالله], yang terdapat padanya dua rukun. Pertama: An-Nafyu (penafikan), yang tedapat dalam kalimat [لاإله], maknanya adalah menafikan atau menganggap salah semua sesembahan selain Allah Ta’ala. Kedua: Al-Itsbat (penetapan), yang terdapat dalam kalimat [إلاالله], yaitu menetapkan atau meyakini bahwa hanya Allah Ta’ala satu-satunya sesmbahan yang benar. Sehingga makna kalimat [لاإله إلاالله] adalah, “Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah Ta’ala”.
Makna ini terdapat dalam banyak ayat, diantaranya firman Allah Ta’ala:
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“Yang demikian itu karena Allah Dialah yang haq (untuk disembah) dan apa saja yang mereka sembah selain Allah maka itu adalah sembahan yang batil dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al-Hajj: 62)

Dan telah dimaklumi bersama bahwa syahadat [لاإله إلاالله] adalah pintu masuk ke dalam Islam, barangsiapa yang belum merealisasikannya berarti dia belum masuk ke dalam Islam. Demikian pula orang yang telah memasukinya, jika dia melanggarnya berarti dia telah keluar dari Islam.

Ketiga dan keempat: Kesyirikan dalam rububiyyah dan uluhiyyah
Keyakinan mereka bahwa setan-setan Merapi dan Pantai Selatan, seperti Kyai Sapu Jagat, Petruk dan Nyai Roro Kidul adalah pelindung-pelindung mereka, yang bisa memberikan manfaat dan juga menimpakan mudharat, adalah kesyirikan dalam rububiyyah.
Mereka juga mendekatkan diri (taqorrub) kepada setan-setan itu dengan berbagai upacara dan mempersembahkan berbagai macam bentuk ibadah, maka ini adalah kesyirikan dalam uluhiyyah, sebagaimana telah kami jelaskan secara singkat pada artikel sebelumnya yang berjudul, Renungan Musibah Merapi http://nasihatonline.wordpress.com/2010/11/07/renungan-musibah-merapi/

Kelima: Tidak melaksanakan shalat
Aliran Kebatinan atau Kejawen tidak mementingkan masalah shalat lima waktu, bagi mereka yang penting sudah eling maka itu cukup sebagai bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala. Ini adalah bentuk kekafiran kepada Allah Ta’ala, sebagaimana ditegaskan oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:
إن بين الرجل وبين الشرك، والكفر، ترك الصلاة
“Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan sholat.” (HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu‘anhuma)

Permasalahan ini juga telah kami singgung dalam artikel yang berjudul, Keagungan Sholat dalam Islam: http://nasihatonline.wordpress.com/2010/07/02/keagungan-sholat-dalam-islam/
Jika telah jelas bahwa ajaran Kejawen bukanlah ajaran Islam dan penganutnya bukan muslim, maka wajib bagi setiap muslim untuk berlepas diri (bara’) dari ajaran sesat ini dan penganutnya. Yaitu meyakini bahwa ajaran Kejawen adalah kekafiran kepada Allah Ta’ala dan menganggap bahwa penganutnya adalah orang-orang kafir.
Barangsiapa yang tidak mengkafirkan mereka atau malah membenarkan ajaran mereka atau sekedar ragu dengan kekafiran mereka maka dia juga kafir seperti mereka. Permasalan ini telah kami bahas dalam ceramah yang berjudul, Pembatal-pembatal Keislaman: http://nasihatonline.wordpress.com/2010/08/08/pembatal-pembatal-keislaman/

Demikianlah ulasan ringkas tentang kekafiran ajaran Kebatinan atau Kejawen yang masih dianut oleh sebagian orang Jawa dan menganggapnya sebagai ajaran Islam. Semoga bermanfaat bagi kaum muslimin.
Wallahu A’lam.

Artikel terkait: Renungan Musibah Merapi http://nasihatonline.wordpress.com/2010/11/07/renungan-musibah-merapi/
Dari: http://www.facebook.com/SofyanRuray/posts/117434131653311

Sumber: http://nasihatonline.wordpress.com/2010/11/10/musibah-merapi-menyingkap-kesesatan-aliran-kebatinan-kejawen/

HARAPAN: Sebarkanlah nasihat dan dakwah ini kepada kaum muslimin, melaui status, notes, dll. Semoga menjadi sebab hidayah insya Allah Ta’ala.