Wortel, seledri, lobak, dan bit selalu muncul dalam daftar belanjaan
Diah Y. Raharjo setiap hari. Keempat sayuran itu bukan untuk sup,
tetapi jus untuk melawan tumor otak.
Diah Y. Raharjo positif
mengidap tumor otak pada 2004. Kepastian tumor otak itu setelah ia
memeriksakan diri di 3 rumahsakit ternama di Jakarta. Saat itu godam
raksasa seperti menghantam kepalanya. Celakanya rasa sakit menjalar ke
punggung. Tubuh lemas dan perut mual. Sugeng - sang suami - bergegas
membawa Diah ke dokter. Hasil pemindaian menunjukkan Diah positif tumor
otak memasuki stadium 3. ‘Ada 3 sel tumor bersarang di otak sebelah
kiri,’ kata ibu 2 anak itu.
Perempuan kelahiran Cirebon, Jawa
Barat, itu tidak begitu saja mempercayai diagnosis dokter. Ia
mendatangi dokter lain di rumahsakit berbeda. Namun, diagnosis dokter
sama saja. ‘Ibu terkena tumor otak dan harus menjalani 4 kali
kemoterapi,’ kata Diah menirukan ucapan dokter. Sekali lagi Diah
memeriksakan diri ke dokter di rumahsakit ketiga. Hasilnya tak berubah,
Diah positif tumor otak.
Empat gelas
Gejala
penyakit maut itu berupa pusing yang mendera kepala. Semula Diah
menduga banyak hal, ‘Kemungkinan karena migrain, masuk angin, atau
telat menyeruput kopi,’ kata direktur program Multistakeholer Forestry
Programme (MFP) di Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, itu. Untuk
meredakan rasa sakit, ia menelan obat sakit kepala yang banyak beredar
di pasaran. Namun, berapa pekan berselang, sakit itu datang lagi.
Menurut
dr Suryo Wibowo MMK SpOK dokter di Jakarta Pusat, ada 3 langkah medis
penanganan kanker. ‘Operasi, radioterapi, dan kemoterapi,’ kata dr
Suryo. Operasi untuk mengatasi tumor metastasis atau telah menyebar
tunggal; sedangkan radioterapi dan kemoterapi untuk beberapa tumor
metastasis.
Diah menolak kemoterapi. Selain takut, ‘Tidak ada
jaminan tumor bakal hilang selamanya,’ ujar Diah. Ia berselancar di
dunia maya untuk mencari informasi pengobatan tumor otak. Ketika itulah
Diah memperoleh informasi bahwa konsumsi jus campuran buah dan sayur
berkhasiat untuk mengatasi tumor atau kanker. Terapi jus berdasarkan
metode Rudolf Breuss dari Austria itu mengombinasikan 300 g bit merah,
100 g wortel, 100 g akar seledri, 30 g lobak hitam atau lobak merah,
dan 30 g kentang.
Semua komoditas itu dalam keadaan segar. Diah
lantas mencuci bersih semua bahan, mengiris, lalu mem-blender dengan
menambahkan 2 l air. Alumnus Institut Pertanian Bogor itu kemudian 2
kali menyaring. Pertama dengan saringan kasa dan kedua dengan kain
sampai ekstrak benar-benar terpisah dari partikel padat. Menurut Breuss
partikel padat dapat menjadi tempat tumbuh tumor atau kanker.
Dari kelima bahan itu, Diah mendapatkan 600 ml ekstrak yang terbagi dalam 4 gelas.
Jus
itulah yang ia konsumsi masing-masing segelas pada pagi, siang, sore,
dan malam sebelum makan. Terapi jus berlangsung 42 hari. Selama itu
juga Diah menghindari beberapa makanan berprotein hewani seperti daging
dan produk turunannya (susu, telur, dan keju).
42 hari
Menurut
Breuss, protein hewani mengandung low density lipoprotein (LDL) yang
menjadi ‘makanan’ tumor/kanker untuk tumbuh dan berkembang biak. Breuss
justru menyarankan konsumsi protein yang kaya high density lipoprotein
(HDL) seperti ikan, tahu, dan tempe. Menurut ahli terapi kolon di
Bandung, Jawa Barat, dr Oetjoeng Handajanto, menyantap daging-dagingan
khususnya daging merah membuat pH darah asam, sekitar 4. Normalnya pH
darah 7,3 - 7,4.
‘Kondisi asam itu disukai tumor atau kanker,’
kata Oetjoeng. Dampak lain, darah menjadi kental sehingga peredaran ke
otak terhambat. Selain itu, Diah juga menghindari makanan berglukosa
seperti roti. Sumber energi berasal dari kentang, beras merah, dan
sereal. Menurut ahli gizi klinis di rumahsakit Family, Pluitmas,
Jakarta Utara, dr Nany Lesokumoro, MS SpGK, diet jus sahsah saja.
‘Namun tetap harus menyantap makanan bernutrisi seimbang,’ kata Nany.
Agar
tidak kekurangan nutrisi Diah menyantap beragam vitamin, yakni vitamin
B, vitamin C dosis tinggi, vitamin D, dan vitamin E. Lainnya, minyak
ikan (yang mengandung omega 3, 4, dan 6), mineral trace (mikro), dan
kalsium. Ia meniadakan kopi yang menjadi minuman favoritnya sebelum
beraktivitas.
Diah hampir menyerah pada hari ke-10 Itu karena
kondisi tubuh semakin lemas, wajah pucat, dan bibir pecah-pecah.
Halusinasi pun kerap menghinggapinya. Beruntung, suami dan kedua
anaknya selalu menyemangati. Diah pun mengimbangi terapi dengan
meditasi yoga.
Keinginan berhenti menyeruput jus kerap hinggap
pada hari ke-28. Itu terutama karena bau seledri yang begitu menyengat.
Berdasarkan terori Breuss pada hari ke- 30 sianida dari setiap campuran
jus yang menumpuk di tubuh akan menghancurkan tumor. Apalagi kondisi
tumor lemah karena tidak mendapat asupan protein selama sebulan. Hasil
3 kali pemindaian pada hari ke-42 menunjukkan tumor hilang.
Manfaat
lain, rahim menjadi bersih. ‘Dokter sampai mengatakan saya berpotensi
besar untuk hamil kembali,’ kata Diah yang kini berusia 45 tahun itu.
Meski terapi telah usai, Diah tetap menjaga pola makan. Ia menggantikan
kopi dengan aneka jenis herba seperti benalu teh. Ia rutin menikmati
beragam buah dan sayur seperti apel, alpukat, semangka, pisang,
brokoli, dan kembang kol. Itu menjadi benteng bagi ‘masuknya’ tumor.
artikel ini dicopy dan diedit dari www.trubus-online.com